Rabu, 17 Maret 2010

Menjaga Ke Imanan

Untuk menjelaskan hal ini, gampang gampang susah, namun agar lebih mudah kita tarik makna ke imanan kepada apa yang di sampaikan secara ringkas oleh Syeh Sayyid Sabiq pada bagian pertama dalam kitabnya yang berjudul al-‘aqaid , Iman ialah Aqidah yg tumbuh di atasnya cabang-cabang yang di sebut syareat, intinya secara ringkas Iman adalah aqidah, adapun aqidah berarti keterikatan seseorang dengan Rabbnya, yaitu Allah,.apabila orang mengatakan kuat ke Imananya itu berarti kuat aqidahnya.


Iman adalah sesuatu yg tidak kongrit atau abstrak, namun ibarat pohon, buah ke imanan dapat terlihat dari intensitas ibadah seorang hamba, adzdzahiru mir atul bathin “ tingkah laku yg terlihat merupakan cermin dari bathin, begitulah yg di ucapkan syeh Annawawi dalam kitabnya Nasaihul ‘ebad.

Menjaga Aqidah atau ikatan kita dengan Allaah tentunya menjaga agar tali ikatan itu tidak putus, lalu apa yang membuat tali ikatan itu putus, adalah manakala kita membuat ikatan ikatan yang lain selain Allah, itulah yang disebut syirik, begitu tidak sukanya Allah pada dosa yg satu ini, hingga ia tidak akan mengampuni pelakunya, dibanding dosa-dosa yang lain.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS 4;48)

Tentunya kita juga harus memahami secara sungguh sungguh apa penyebab dosa syirik itu ? saya tidak akan menjelaskan syirik kecil karena itu tidak lantas membuat seseorang menjadi musyrik, seperti ria dan sum’ah , tapi penyebab utama syirik itu ialah “adanya I’tikad dalam hati seorang hamba akan adanya kekuatan atau penolong bahkan tuhan lain selain Allah, logikanya secara I’tikad saja sudah jatuh kepada syirik apalagi di wujudkan dalam bentuk perbuatan, intinya perbuatan syirik adalah perbuatan yang menyalahi ikrar seorang hamba kepada kalimat Tauhidnya, yakni ucapan LA ILAHA ILLALLAH.

Dalam Tata bahasa arab LA dalam kalimat Tauhid adalah LA istigharul jinsi , yakni peniadaan semua jenis tuhan yg tersebut pada kalimat setelahnya, dan secara umum LA ini membuang kalimat berita setelah kalimat didepannya yg ditiadakan jenisnya, dan yg terbuang dalam kalimat tersebut tersimpan dalam hati pembacanya.

Aqidah atau keimanan seorang hamba kepada sang khalik harus diusahakan sungguh sungguh dengan ke Ikhlasan hati bukan karena takut neraka atau karena ingin masuk surga, tapi karena mengharap ridha Allah.

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar:

Posting Komentar

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t

Tinggalkan kesan anda di sini