4 tahun yang lalu tepatnya sekitar bulan Juni 2006 adalah masa kelahiran buah hati yang sejak kehamilan dari umminya pada usian yg dua bulan dalam kandungan sudah di uji dgn berbagai macam masalah, ari ari di bawah yang sering mengkibatkan pendarahan kecil, dokter menyarankan agar selalu di periksa setiap dua bulan, pada pemeriksaan yang ke tiga akhirnya dokter menganjurkan agar nanti di cesar saja karena kondisi bayi dan kandungan yg tidak normal. Bukan hanya biaya yg menjadi buah pikiran tapi juga kondisi dari umminya yang lemah,. Ya Allah,. Apakah ini cobaan atau teguran ?
Al hamdulillah pada pemeriksaan yg ke 4 tanpa melalui proses USG dokter menyatakan kondisi kehamilan Istriku sudah berbalik menjadi normal, entah,. Pada akhirnya aku anggap dokter terlalu cepat menyimpulkan karena pada kenyataanya kondisinya tetap tidak berubah , ini diketahui oleh bidan setelah hari kelahiran istriku yang setelah 3 hari lamanya menahan mules baru sekitar jam 2 dinihari melahirkan.
Sejak dari saat kelahiran hingga pagi, siang dan menjelang sore bukan tangis bayi yang kudengar tapi runtihan dari bawah lampu penghangat. Menjelang sore aku pulang untuk shalat dan menyalakan lampu setelah sehari semalam rumah di tinggal, baru usai shalat Ashar hp berbunyi “ kak segera ke rumah sakit koja,. Anaknya di bawa ke sana karena kritis ‘.. suara adikku menelpon.
Dengan perasaan tk menentu ku siapkan dana dan berangkat menuju RS, di IGD (instalasi gawat darurat) disana ada bidan juga adikku, tidak tega rasanya melihat anakku dengan berat kurang dari 2kg dan prematur di infuse & di oxygen setelah berkali kali gagal, mungkin karena terlalu kecil, sempat terdengar di telinga tidak ada tempat kosong di ruang iccu bayi,.. dalam kebingungan aku berdo,a pada Allah “ya Allah berilah kemudahan dalam perawatan anakku, segera setelah di rotgen, infus dan oxigen aku disuruh untuk menyusul ke lantai 2, ternyata bayiku sudah di bawa ke sana, ucap syukur ternyata doaku di kabulkan oleh Allah, tempat ada.
Setelah proses admistrasi selesai aku segera permisi untuk shalat Maghrig , krn sepertinya sudah mau Iqamat,. Baru kaki melangkah keluar dari tpt berwuhdu hp berbunyi meminta aku kembali ke ruang iccu, ya Allah ada apa ini ? bergegas sampai di sana ternyata sudah ada mertua dan bu bidan, kepala ruang iccu meminta aku untuk tanda tangan karena melihat kondisi bayi yang kian kritis (yg kemudian aku tahu keracunan air ketuban), dan tidak memungkinkan untuk di rujuk ke tempat lain karena hanya akan mempercepat kematian saja dengan macetnya nanti di perjalanan,. Agak berat rasanya saat menulis tanda tangan, seolah membiarkan anakku tanpa penanganan yang semestinya karena kurangnya alat di rumah sakit Koja.
Saat kembali dari Masjid aku di panggil suster agar jangan meninggalkan ruangan iccu terlalu jauh, karena mungkin ada yg dibutuhkan berkenaan dengan kondisi anakku yang belum ada perubahan bahkan makin kritis,. Akhirnya ku putuskan untuk makan dan shalat di depan ruang iccu,. Tak sedetikpun ku tinggalkan ruang itu selain ada yg menggantikan yakni adik atau saudara yg menjenguk.
Hampir semalam hingga menjelang subuh tak kurasakan letihnya mulai dari menunggu saat kelahiran dan persalinan,. “Ya Allah mengapa terasa berat sekali ujian ini ? hingga entah kenapa saat tadarus bertemu dengan ayat ayat yang intinya menyuruh untuk tawakkal,. Ayat ayat inilah yang menyentak kesadaranku “ ya Allah mengapa beban ini aku pikul sendiri hingga pundakku terasa berat, bukankah anakku milikMu, akan Engkau apakan saja toh di tetap milik Mu, bahkan hambu ini juga milik Mu, “ ya Allah mulai sekarang hamba bertawakkal pada Mu. Saat itulah perasaanku mulai ringan dan saat itu juga aku ingat kisah beberapa pemuda yang terjebak dalam goad dan mereka dapat keluar dengan wasilah amal amalnya, ya Allah Engkau bukan Zat yg ingkar janji “ selama ini hamba berusaha untuk memudahkan hamba Mu yg lain untuk memahami din Mu ya Allah, maka sekarang hamba mohon mudahkan urusan hamba.
Subhanallah !,,Allah memang tak pernah ingkar janji, entah mengapa saat banyak orang tua bayi yang di rawat mengeluhkan pelayanan para suster di ruang iccu yang tidak ramah, aku sama sekali tak mendapatkannya, sambutan ramah, bahkan disediakan tempat duduk, sampai di panggil saat dokter datang mungkin untuk sekedar konsultasi . teguran ramah dari para petugas ruang iccu bukan hanya pada saat di dalam ruangan tapi juga pada saat di luar ruangan , sampai pasien yang lain merasa iri dan menyangka aku punya keluarga yang berpengaruh di RS itu.
Hari pertama, ke dua,ke tiga dan ke empat tak ada perubahan yg menggembirakan saat masuk melihat di ruang iccu, kecuali hanya sambutan ramah dan saran agar bersabar, namun yang membuat lega adalah anakku sudah melewaati masa kritis.
Hari ke lima pagi sekitar jam 8 entah ada apa aku di panggil masuk oleh suster,. Setelah beberapa saat dokter yg menangani masuk,. Ada sambutan ramah dan jabat tangan dari dokter dan suster dengan mengatakan “ al-hamdulillah sekarang infus dan oxigennya sudah tinggal satu jalur, Cuma kami minta tanda tangan bapak untuk bayi anda karena akan di sinar biru,. Aku bertanya “untuk apa sinar biru apakah nanti ada efeknya ? dokter menjawab “ tidak apa Cuma nanti ada biaya extra ,. Tdk perlu berfikir panjang ,.aku segera tanda tangan,. Namun sebelum keluar aku diminta pulang untuk mengambil ASI dari istriku, dan tidah usah kwatir krn kondisi bayiku sudah makin stabil.
Al-hamdulillah jam 10 aku sudah tiba di RS dengan membawa ASI, dan langsung menyerahkan pada suster ruang iccu, sebelum berlalu aku di persilahkan pulang dan istirahat, bila ada apa apaaku akan di hubungi secepatnya kataanya (sebelumnya hari ke 3 aku pulang utk ganti baju dengan dig anti oleh adikku yg menjaga) aku hanya mengangguk.
Hari ke enam kembali aku di panggil untuk konsul, dan hasilnya al-hamdulillah aku di perkenankan melihat bayiku di dalam tabung kaca atau inkubator, “ ya Allah kecil sekali sepertinya makin menciut, hitam dan agak keriput,. Tapi yah !.. memang itulah kondisi yang ada, berat menjadi berkurang dari pertama masuk 2kg kurang 1 ons menjadi 2 kg kurang 2 ons.
Biasanya bayi bayi yang sudah diperbolehkan pulang akan di pajang di samping ruang iccu, dan di buka hordennya pada jam besuk, bayiku belum di sana ?, yah !.memang belum bayiku masih di incubator mungkin beberapa hari lagi, tak apa yg penting sudah mulai membaik.
Biaya !..sudah mulai terpikir dikepalaku, aku masuk sebagai pasien biaya sendiri, bukan oleh perusahaan, bukan pemda dengan tanda SKTM atau kartu sehat, ku coba mencari informasi dari mereka yg masuk bukan biaya sendiri,. Agak kaget ada yg sudah mencapai limet (biaya yg bisa ditanjggung pemda) hingga 6 jt, ada yg Sembilan juta, padahal kondisi bayiku jauh lebih parah dari bayiku, aku masuk dengan jaminan bu bidan bukan dengan uang muka, kalau begitu berapa biaya yg harus dipersiapkan, aku sampaikan hal ini kepada orang tua, dan mertuaku, al-hamduliullah mereka siap membantuku.
Hari ke tujuh kembali aku minta idzin ke ruang iccu untuk pulang menjemput ibunya,karena ingin tahu kondisi bayi dan sekaligus memberikan ASI sambil menyambut ramah seorang suster mendekat dan berbicara “ pak ! bapak gak usah jemput istrinya ,. Toh sekarang sudah boleh pulang,. Agak kaget bercampur tidak percaya, “yang benar,kan belum di pajang,. Suster berkata lagi “ bener ! Tanya saja nanti pada dokter mungkin sekitar jam 10 dia datang,. Atau bapak mau pulang dulu ambil dana dan kendaraan ? dengan masih tidak percaya aku pulang dan mengabarkan hal ini pada istri dan keluargaku,. Aku kembali lagi dgn istri dengan masih tidak percaya.
Apa yg dikatakan suster ternyata benar, krn pada saat aku tiba di RS dokter sudah menunggu untuk cek terakhir sebelum bayiku boleh di bawa pulang, setelah ngobrol sebentar aku dipanggil oleh bagian aadministrasi di ruang iccu untuk segera pengurus dan melunasi pembiayaan selama dalam perawatan, “ Allah berapa nilainya, tolong berikan kemampuan hamba untuk tabah melihat nominal yg tertera dalam kwitansi penagihan nanti,. Perkiraanku tidak jauh dari sepuluh jutaan,.
Subhanallah !.. Maha suci Allah apa angka nominal ini gak salah cetak, tapi toh ada uraiannya dan jumlah yg bukan dalam bentuk angka, hanya sekitar Rp. 1.700.000 “ aku sempat bertanya “ Sus ! apa tidak ada yg keliru atau salah sus ? suster hanya menjawab,.” Enggak pak !,. semua sudah ada disitu, silahkan bapak bayar di bank samping mosalla,.
Al-hamdulillah semua sudah dapat teratasi termasukmasalah biaya, Cuma aneh,.. hanya Allah yg tahu , ketika di pintu keluar bank aku sempat dicegat salah seorang orgtua pasien yg menggunakan SKTM,” habis berapa mas ? aku katakan apa adanya “loh sya kok dengan SKTM harus bayar lagi sekitar 6 jt. Dan saya enggak sanggup itulah sebabnya saya belum bisa pulang, krn masih cari biaya,.
Wallau a’lam hanya Allah yang tahu,. Sampai kini anakku tumbuh sehat dan berumur 4 tahun, “ya Allah penyerahan diriku akan nasib anakku kepada Mu , dan wasilah amalku yg Engkau ridhoi membuktikan akan janji Mu yang pasti Engkau tepati,. Innaka la tukhliful mi’ad (sesungguhnya Engkau tak pernah Ingkar janji).
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan kesan anda di sini