Rabu, 05 Juni 2013

cerita hikmah



Di sebuah pesisir pantai tersebutlah sebuah danau tepi pantai, airnya tak pernah kering dan tentu saja di danau tersebut berdiam berbagai macam ikan yang juga berasal dari laut tersebut.

Setiap awal dan pertengahan bulan Qomariah air laut naik menjadi Roob, dan memenuhi setiap sudut danau, hingga antara danau dan laut menjadi satu dan ikan pun bergilir tempat dengan senangnya, hingga suatu ketika beberapa penduduk berinisiatif untuk meninggikan tepian pantai sekedar menjadi tanggul saat pasang laut naik meninggi.

Waktu pun berlalu, deburan ombak membawa partikel-partikel pasir dan lumpur, yang dari hari ke hari, bulan ke bulan, pasir pasir secara alamiah menyatu terikat dengan bantuan lumpur sehingga lambat laun berlahan namun pasti membatu, membentuk semacam benteng yang menghalau hantaman ombak.

Laut bagaikan hidup ia ingat beberapa meter dibelakan batu cadas yang terbentuk secara alamiah ada danau yang sering di kunjunginya, danau tersebut bagaikan saudaranya, ada ikan ikan yang sama seperti yang hidup di perutnya, ada air yang sama rasanya, saat dahulu sering mengunjunginya ketika pasang naik hingga permukaan air menjadi rata, saat itu plangton dan makanan ikan yang ada di laut dikirim untuk saudaranya.

Laut seakan marah maka ia pun menyuruh sang ombak untuk menghantam tepian pantai, sekencang kencangnya setinggi-tingginya agar batu karang yang menjadi pemisah menjadi hancur, namun semakin kencang ombak menghantam tepian pantai semakin banyak partikel pasir dan lumpur terbawa, artinya semakin teballah diameter batu cadas tersebut, semakin tinggi ombak naik semakin tinggi juga batu karang, terbentuk.

Laut tidak sadar bahwa usaha protesnya sebenarnya semakin menambah kuat, kokoh tinggi dan kekarnya batu cadas pesisir pantai tersebut, sementara sang batu juga tidak sadar, dan tidak paham apa arti kekokohannya, andai kata ia tahu, keberadaanya karena kolaborasi beberapa orang yang berinisiatif membuat semacam tanggul hingga menjadi pijakan atau media bagi sang batu untuk memulai existensinya, lalu deburan ombak yang membawa partikel pasir dan lumpur dengan lumpur sebagai pengikatnya menjadi awal mulai terlihat bentuknya, hingga dapat seperti sekarang adanya.

Kasihan danau tepi pantai tak dapat lagi melihat saudaranya, andai berteriak pun pasti terbentur tingginya batu karang, ia tidak tahu kalau saudaranya telah berusaha secara maksimal meski selalu berakhir sia-sia, hingga tiba-tiba muncul seekor ikan yang merasa perduli dengan nasib tempat tinggalnya, lalu diam-diam mengirimkan pesan lewat angin dengan memproklamirkan diri sebagai wakil , meski tak jelas siapa, dan ikan-ikan yang mana yang ia wakili, dan apakah ikan-ikan di danau tersebut pernah mewakilkan ketidak puasannya kepada laut.

Kisah di atas selain saya menceriterakan tentang proses alamiah terjadinya batu cadas atau karang tepi pantai.. mudah-mudahan dengan tokoh,

1.     Beberapa orang yang berinisiatif
2.    Laut
3.    Danau
4.    batu karang/cadas.
5.    Ikan-ikan
6.    Angin
7.    Wakil para ikan.

Rekan-rekan dapat mengambil hikmah. Siapa mereka mereka itu.

Saya menulis ini setelah mengajar taklim remaja. Boleh disebar luaskan dengan menyertakan penyusunnya. Yakni saya sendiri (sekretaris Ikrisma)


Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar:

Posting Komentar

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t

Tinggalkan kesan anda di sini