Di sebuah pesisir
pantai tersebutlah sebuah danau tepi pantai, airnya tak pernah kering dan tentu
saja di danau tersebut berdiam berbagai macam ikan yang juga berasal dari laut
tersebut.
Setiap
awal dan pertengahan bulan Qomariah air laut naik menjadi Roob, dan memenuhi
setiap sudut danau, hingga antara danau dan laut menjadi satu dan ikan pun
bergilir tempat dengan senangnya, hingga suatu ketika beberapa penduduk berinisiatif
untuk meninggikan tepian pantai sekedar menjadi tanggul saat pasang laut naik
meninggi.
Waktu
pun berlalu, deburan ombak membawa partikel-partikel pasir dan lumpur, yang
dari hari ke hari, bulan ke bulan, pasir pasir secara alamiah menyatu terikat
dengan bantuan lumpur sehingga lambat laun berlahan namun pasti membatu,
membentuk semacam benteng yang menghalau hantaman ombak.
Laut
bagaikan hidup ia ingat beberapa meter dibelakan batu cadas yang terbentuk
secara alamiah ada danau yang sering di kunjunginya, danau tersebut bagaikan
saudaranya, ada ikan ikan yang sama seperti yang hidup di perutnya, ada air
yang sama rasanya, saat dahulu sering mengunjunginya ketika pasang naik hingga
permukaan air menjadi rata, saat itu plangton dan makanan ikan yang ada di laut
dikirim untuk saudaranya.
Laut
seakan marah maka ia pun menyuruh sang ombak untuk menghantam tepian pantai, sekencang
kencangnya setinggi-tingginya agar batu karang yang menjadi pemisah menjadi
hancur, namun semakin kencang ombak menghantam tepian pantai semakin banyak
partikel pasir dan lumpur terbawa, artinya semakin teballah diameter batu cadas
tersebut, semakin tinggi ombak naik semakin tinggi juga batu karang, terbentuk.
Laut
tidak sadar bahwa usaha protesnya sebenarnya semakin menambah kuat, kokoh tinggi
dan kekarnya batu cadas pesisir pantai tersebut, sementara sang batu juga tidak
sadar, dan tidak paham apa arti kekokohannya, andai kata ia tahu, keberadaanya
karena kolaborasi beberapa orang yang berinisiatif membuat semacam tanggul
hingga menjadi pijakan atau media bagi sang batu untuk memulai existensinya,
lalu deburan ombak yang membawa partikel pasir dan lumpur dengan lumpur sebagai
pengikatnya menjadi awal mulai terlihat bentuknya, hingga dapat seperti
sekarang adanya.
Kasihan
danau tepi pantai tak dapat lagi melihat saudaranya, andai berteriak pun pasti
terbentur tingginya batu karang, ia tidak tahu kalau saudaranya telah berusaha
secara maksimal meski selalu berakhir sia-sia, hingga tiba-tiba muncul seekor
ikan yang merasa perduli dengan nasib tempat tinggalnya, lalu diam-diam
mengirimkan pesan lewat angin dengan memproklamirkan diri sebagai wakil , meski
tak jelas siapa, dan ikan-ikan yang mana yang ia wakili, dan apakah ikan-ikan
di danau tersebut pernah mewakilkan ketidak puasannya kepada laut.
Kisah
di atas selain saya menceriterakan tentang proses alamiah terjadinya batu cadas
atau karang tepi pantai.. mudah-mudahan dengan tokoh,
1.
Beberapa orang yang berinisiatif
2.
Laut
3.
Danau
4.
batu karang/cadas.
5.
Ikan-ikan
6.
Angin
7.
Wakil para ikan.
Rekan-rekan dapat mengambil hikmah. Siapa mereka
mereka itu.
Saya menulis ini setelah mengajar taklim
remaja. Boleh disebar luaskan dengan menyertakan penyusunnya. Yakni saya
sendiri (sekretaris Ikrisma)
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan kesan anda di sini