Saat ini teringat kejadian di pengajian remaja di rumah , ketika salah seorang santri tiba-tiba tanpa pemberitahuan yang jelas tidak hadir tanpa alasan, cukup lama & sesuai aturan bila tidak masuk 3 hari berturut turut tanpa ijin, maka dianggap mengundurkan diri..
belakangan diketahui dia mengajar dan sambil belajar di tempat lain, ada perasaan dongkol, saat mengingat bagaimana orang tuanya memohon agar anaknya diterima mengaji, ada pepatah Betawi mengatakan "bila datang ada mukanya , maka pergi pun (semestinya) ada punggungnya, tapi biarlah dia mencoba berdakwah dengan pengetahuan yang diperoleh dari rumah dan taklim barunya...
dalam hati sempat berguman "suatu saat nanti kamu akan tahu , mengelola sebuah lembaga bukan hal mudah.
sehingga beberapa bulan kemudian, dengan dua orang temannya di pengajiannya datang silaturrachim ke rumah , setelah basa-basi mulailah ketiganya curhat, betapa susahnya membina sebuah pengajian, dari anak santri yang nakal, orang tua yang tidak mau bekerja sama, minimnya pengetahuan tekhnis mengajar, sampai dengan fitnah masalah keuangan, padahal infaq yang mereka terima (hanya) tidak lebih dari 50 % santri (yang membayar) dan banyak hal lainnya , intinya tidak mudah mengelola sebuah lembaga , dengan sdm yang sedikit apalagi kurangnya loyalitas dan kekompakan antar tenaga pengajar, apalagi ketika sudah ada yang kuliah dan bekerja.
sayang sekali, kabar terakhir yang terdengar pengajiannya bubar....
memetik ibrah dari kasus ini , semoga kita tetap solid , dalam organisasi bukan kuantitas yang membuat organisasi tetap eksis , namun kekompakan dan kualitas, dalam mengelolanya.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan kesan anda di sini