Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar). (QS
30;41)
Bagi sobat yang tinggal jauh dari pesisir
pantai mungkin tidak mengenal istilah dari judul artikel saya, Tangkis laut,yah
!.
..
tangkis laut adalah sebuah benteng pulau yang di bangun untuk membendung ,
, tepatnya menangkis deburan ombak agar tidak naik ke darat, benteng ini di
buat tepat di tepi pantai yang di desain tidak tegak lurus melainkan agak
miring, hal ini untuk meminimalisir atau tepatnya meredam kuatnya hantaman
ombak, dengan demikian keberadaan tangkis laut ini dapat bertahan lebih lama
dari pada dibuat tegak lurus.
Itulah sekilas tentang tangkis
laut di desa kami, yang mungkin untuk daerah yang jauh dari laut dikenal dengan
istilah “bendungan, meski istilah lebih tepat untuk mengelilingi sebuah area
penampungan air agar tidak tumpah ke dataran yang lebih rendah.
Sobat sekalian, sebenarnya
sewaktu saya kecil, sekitar tahun 90an ke bawah ,istilah tersebut tidak pernah
terdengar sama sekali karena keberadaan bibir pantai jauh dari tepi pulau,
yakni di batasi hamparan pasir yang untuk sampai ke genangan air laut harus
berjalan sekitar dua puluh meteran, Sehingga pasang laut sebesar apapun belum
pernah sampai melewati garis sisi pulau, apalagi naik ke jalan raya, tak
terkecuali meski musim angin barat sekalipun.
Hingga akhirnya seiring suksesnya
usaha para perantau , pembangunan mulai pesat berjalan di sinilah dampak kepada
alam mulai terasa, yang berujung kepada wajib di bangunnya tangkis laut..
Mengapa saya katakan kerusakan
itu ada hubungannya dengan suksesnya para perantau ? sebenarnya bukan hanya itu,
tapi rasa kurang perduli dan cuek terhadap kerusakan, alam serta tidak adanya
regulasi atau kebijakan yang jelas dan tegas dari pihak memerintah setempat
membuat siapa pun merasa boleh untuk mengambil sumber daya alam tanpa batasan
tertentu. Di sinilah yang juga menjadi penyebab dari abrasi bibir pantai.
Ada dua hal yang menjadi penyebab
abrasi tentunya berkaitan dengan hal di atas.
Yang pertama : penggalian batu
gelar, perusakan terumbu karang oleh racun ikan yang sekaligus juga di ambil
batunya oleh para penduduk. Sobat sekalian tentu kita semua paham apa fungsi
karang dan batu gelar, karang dan batui gelar berpungsi untuk meredam ombak
agar setibanya di daratan tidak lagi berupa gulungan melainkan riak, dengan
demikian hantaman gelombang laut dapat di minimalisir setibanya di tepi pantai.
Selain itu ombak yang datang dari tengah laut juga sebenarnya membawa butiran
pasir ke tepi pantai, yang bila dibiarkan secara alami akan membawa
kemaslahatan bagi penduduk pulau tersebut, karena garis pantai semakin jauh dari
bibir laut, ini artinya luas pulau semakin bertambah, bukan berati laut tidak
boleh di ambil pasir atau batunya, namun bila kita memperlakukan alam dengan
bijak maka alam akan bersahabat dengan kita. Tapi sadarkah kita, sebagai konsekuensi
dari rusaknya batu gelar dan karang , maka
ombak dengan leluasa menerjang tepi pantai, karena tidak ada lagi peredam,
bukan hanya itu butiran pasir yang terbawa lagi ke tengah laut jauh lebih
banyak dari yang di tinggalkan ombak.
Yang kedua : pengambilan pasir
dan kerikil pantai yang sulit di kendalikan, baik karena ke tidak tegasan
kebijakan pemerintah, karena masih memakai konsep emoh pakewuh (merasa tidak
enak) lebih celaka lagi pasir yang di ambil bukan hanya untuk kepentingan
pembangunan rumah penduduk itu sendiri, namun juga sudah menjadi komoditi jual
beli bagi sekelompok orang, untuk memperkaya diri sendiri.
Ah !...andai saja manusia tidak
serakah, dana besar yang di pakai untuk tangkis laut bisa, bahkan mungkin lebih
dari cukup untuk memberdayakan warga, demi meningkatkan perekonomian mereka..
ternyata emang benar firman Allah di atas..
Kenapa kita tidak mau berfikir ?