Minggu, 28 April 2013

Cara pandang masalah sosial


Perbedaan dalam memandang layanan sosial.

Sebenarnya tujuan kita semua sama, yakni ingin memberikan layanan sosial kepada masyarakat seluas-luasnya, tanpa harus memandang jasa apa yang ditanam oleh masyarakat kepada kita, hanya saja bentuk layanan macam apa dan seberapa besar layanan itu dapat kita berikan ?

Menurut saya layanan Ambulans  kepada masyarakat yang diberikan kita selama ini sudah bersifat sosial , bentuknya.

1.       Dengan armada yang masih baru kita memberikan harga yang lebih murah dari ambulans lain.
2.       Ikrsima memberikan keringanan bagi sahibul musibah, dengan tidak harus membayar di muka.
3.       Ikrisma memberikan layanan gratis NOL kepada warga Madura yang  dimakamkan di daerah Jakarta.
4.       Ikrisma menyisihkan 25 % untuk kegiatan sosial dari sisa operasional.

Komitmen Ikrisma sejak awal yang juga disepakati oleh para donatur ( dengan catatan memberikan donasinya Rp. 500.000 ke atas) adalah memberikan harga khusus. berbeda dengan mereka yang memberikan donasinya di bawah Rp. 500.000 apalagi tidak ada sama sekali parsitipasi dalam program tersebut.

Jika ternyata dalam perjalanannya dengan alasan kita memberikan layanan sosial yang merata, lalu memberikan harga yang sama dengan non partisan, ini akan menimbulkan preseden yang tidak baik di kemudian hari, bahkan akan menjadi blunder untuk Ikrisma sendiri manakala akan mengadakan kembali program yang serupa , maka orang akan beralasan “ ah buat apa nyumbang , toh pelayanannya juga sama, atau kita memberikan keringanan atau harga yang sama dengan donatur karena alasan tidak mampu, maka saya yakin !.. alasan ini akan menjadi efek domino, yakni yang lain akan mengajukan alasan yang sama.
Namun begitu aturan yang kita sepakati, bisa saja kita rubah yakni memberikan fasilitas harga yang sama dengan donatur , dengan catatan fondasi keuangan kita sudah kuat dengan cara.

1.       Membeli armada baru tanpa melibatkan donatur
2.       Adanya penyandang dana
3.       Adanya sumber penghasilan yayasan ,yang mampu mengcover  atau membec up operasional  yayasan juga mensubsidi operasional ambulans.

Lalu pantaskah kita di sebut  mengejar profit/keuntungan dari ambulan itu ? tadi kita mendengar laporan keuangan yang saya yakin valid, selama 3 tahun lebih ambulans beroperasi mendapatkan sisa hasil operasional hanya sebesar Rp. 35.000.000 maka kalkulasinya Rp. 35.000.000 di bagi tiga tahun atau 36 bulan maka hasil rata-ratanya tidak lebih dari 1.000.000 (satu juta)

Kita semua pedagang , Ambulan dibeli seharga 134.000.000 berikut pembelian perlengkapannya total mencapai 145.000.000 lebih. Pedagang mana yang mau mengeluarkan modal sebesar 145 jt dengan keuntungan sebulan kurang dari satu juta.

Sebagai sekretaris saya memang tidak mendorong divisi sosial untuk bekerja sama lebih dalam dengan perusahaan jasa pengantar jenazah selain hanya perjanjian lisan tidak ada MOU, tidak ada perjanjian tertulis, karena kita juga harus tahu diri, berapa armada kita .

Lebih dari ini semua, jujur saya merasa senang, perbedaan pendapat dalam rapat tadi sore, hanyalah masalah “kapan cara pandang sosial kita tepatnya bisa diterapkan . sabar .. bila kita sungguh-sungguh ikhlas mengelola organisasi ini semua bisa diterapkan secara bertahap.



Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar:

Posting Komentar

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t

Tinggalkan kesan anda di sini