Sahibul hikayah.
Di sebuah kota kecil hiduplah sepasang suami istri yang hidup rukun, mereka saling menghargai
akan kelebihan masing masing sehingga
tumbuh sikap saling percaya di antara mereka , namun sayang sikap saling percaya tersebut membuat mereka
selalu memutuskan perkara dengan idenya sendiri, atau tanpa melewati jalan
musyawarah.
Suat ketika terjadi krisis ekonomi yang berimbas kepada phk massal , dan sang
suami termasuk di dalam barisan yang terkena pemutusan hubungan kerja , sebagai
kepala rumah tangga suami berpikir keras untuk menata keuangan keluarga secara
profesional dan mencari solusi agar perekonomian keluarga tetap stabil. Namun karena
pengeluaran tak bisa dihindari sementara sumber pemasukan juga tak kunjung
ditemukan , maka lambat laun kondisi finansial mulai menipis.
Untuk meringankan beban suami maka sang istri memutuskan untuk
pulang kampung selain untuk meminimalisir pengeluaran juga sambil menunggu
suami mendapat pekerjaan baru.
Kebetulan rumah mereka berada di tepi jalan dan hanya berjarak
beberapa meter dari pasar, timbullah ide dari sang istri yang sedang di kampung
untuk menjadikan rumahnya sebagai ruko, karena melihat lokasinya yang strategis
sangat berpeluang untuk membuka usaha kebutuhan sehari-hari, tapi dari mana
modalnya ? ... ia teringat akan sawah peninggalan orang tuanya yang cukup luas,
dan berada di tepi waduk , tentu kalau disewakan banyak yang mau dan bisa
ditawarkan dengan harga tinggi , singkat kata sawah pun ditawarkan persis
seperti dugaannya, banyak penyewa yang mau dengan harga tinggi sehingga akad
sewa kontrak pun dilaksanakan tanpa pengetahuan suami, dengan asumsi “bahwa
selama ini selalu mendapat kepercayaan darinya, maka ketika uang sudah di tangan
dengan mantap hati ia berangkat untuk membuka usaha baru membantu kesulitan
suami.
Adapun sang suami di kota, jenuh dan rindu karena jauh dari keluarga,
maka terpikir olehnya ‘kenapa tidak mencari penghasilan di kampung saja dengan
bertani, toh di kampung masih ada sawah yang cukup luas untuk bertani dan
letaknya dekat dengan waduk hingga mudah dalam mengairinya, tapi untuk bertani
jaman sekarang kan butuh kerbau atau traktor untuk membajak tanah lalu dari mana
modalnya ?... ia pun ingat akan lokasi strategis rumahnya yang dekat pasar
tentu kalau di sewakan untuk ruko cepat laku dengan harga tinggi, singkat
cerita tidak lama setelah memasang papan plang “disewakan, rumah pun laku di
sewa dengan harga tinggi , ia merasa tak perlu memberi tahu istri karena selain
sebagai kepala keluarga juga selama ini selalu saling percaya , maka uang pun ia belikan 1 unit traktor .
Saya tidak perlu meneruskan kisah ini karena saya yakin anda
tahu akhir ceritanya, hanya sebagai muslim kita di anjurkan agar dalam setiap
hal yang penting agar di musyawarahkan kepada orang-orang yang berkepentingan
agar tidak timbul fitnah di kemudian hari.
Ingat .. niat baik akan menjadi tidak mendapat respons manakala
tidak dilakukan dengan cara yang baik pula.
Wallahu a’lam bissawab.