Perbedaan dalam memandang layanan sosial.
Sebenarnya tujuan kita semua sama, yakni ingin memberikan
layanan sosial kepada masyarakat seluas-luasnya, tanpa harus memandang jasa apa
yang ditanam oleh masyarakat kepada kita, hanya saja bentuk layanan macam apa
dan seberapa besar layanan itu dapat kita berikan ?
Menurut saya layanan Ambulans kepada masyarakat yang diberikan kita selama
ini sudah bersifat sosial , bentuknya.
1.
Dengan armada yang masih
baru kita memberikan harga yang lebih murah dari ambulans lain.
2.
Ikrsima memberikan keringanan
bagi sahibul musibah, dengan tidak harus membayar di muka.
3.
Ikrisma memberikan layanan
gratis NOL kepada warga Madura yang
dimakamkan di daerah Jakarta.
4.
Ikrisma menyisihkan 25 %
untuk kegiatan sosial dari sisa operasional.
Komitmen Ikrisma sejak awal yang juga disepakati oleh para
donatur ( dengan catatan memberikan donasinya Rp. 500.000 ke atas) adalah
memberikan harga khusus. berbeda dengan mereka yang memberikan donasinya di
bawah Rp. 500.000 apalagi tidak ada sama sekali parsitipasi dalam program
tersebut.
Jika ternyata dalam perjalanannya dengan alasan kita
memberikan layanan sosial yang merata, lalu memberikan harga yang sama dengan non
partisan, ini akan menimbulkan preseden yang tidak baik di kemudian hari,
bahkan akan menjadi blunder untuk Ikrisma sendiri manakala akan mengadakan
kembali program yang serupa , maka orang akan beralasan “ ah buat apa nyumbang
, toh pelayanannya juga sama, atau kita memberikan keringanan atau harga yang
sama dengan donatur karena alasan tidak mampu, maka saya yakin !.. alasan ini
akan menjadi efek domino, yakni yang lain akan mengajukan alasan yang sama.
Namun begitu aturan yang kita sepakati, bisa saja kita rubah
yakni memberikan fasilitas harga yang sama dengan donatur , dengan catatan
fondasi keuangan kita sudah kuat dengan cara.
1.
Membeli armada baru tanpa
melibatkan donatur
2.
Adanya penyandang dana
3.
Adanya sumber penghasilan
yayasan ,yang mampu mengcover atau
membec up operasional yayasan juga
mensubsidi operasional ambulans.
Lalu pantaskah kita di sebut
mengejar profit/keuntungan dari ambulan itu ? tadi kita mendengar
laporan keuangan yang saya yakin valid, selama 3 tahun lebih ambulans
beroperasi mendapatkan sisa hasil operasional hanya sebesar Rp. 35.000.000 maka
kalkulasinya Rp. 35.000.000 di bagi tiga tahun atau 36 bulan maka hasil
rata-ratanya tidak lebih dari 1.000.000 (satu juta)
Kita semua pedagang , Ambulan dibeli seharga 134.000.000
berikut pembelian perlengkapannya total mencapai 145.000.000 lebih. Pedagang
mana yang mau mengeluarkan modal sebesar 145 jt dengan keuntungan sebulan
kurang dari satu juta.
Sebagai sekretaris saya memang tidak mendorong divisi sosial
untuk bekerja sama lebih dalam dengan perusahaan jasa pengantar jenazah selain
hanya perjanjian lisan tidak ada MOU, tidak ada perjanjian tertulis, karena
kita juga harus tahu diri, berapa armada kita .
Lebih dari ini semua, jujur saya merasa senang, perbedaan
pendapat dalam rapat tadi sore, hanyalah masalah “kapan cara pandang sosial
kita tepatnya bisa diterapkan . sabar .. bila kita sungguh-sungguh ikhlas
mengelola organisasi ini semua bisa diterapkan secara bertahap.