Minggu, 18 April 2010

Sederhana dalam ibadah


Rasulullah bukan hanya manusia pilihan, tapi juga nabi bahkan rasul pilihan, namun yang kita tahu dalam hal beribadah beliau tiada tandingannya.


Lalu bagaimanakah sebenarnya cara beribadah rasulullah, kita akan tahu kalau kita banyak membaca sirah nabawiyah, pada saat beliau mendapat jaminan masuk surge, pada saat yang sama juga ibadah beliau semakin giat, dikisahkan sampai kaki beliu bengkak karena lamanya pada saat bersujud, ada salah seorang sahabat yang menjadi makmum tanpa sepengetauan beliau, ternyata rasulullah membaca al-qarah sampai dgn selesai, sahabat itu mengira bacaan shalat akan berakir di surat itu, tapi ternyata beliau melanjutkan kpd surat al-Imran bahkan an-nisa.

Namun bagaimanakah sikaf beliau terhadap umatnya yang berlebihan dalam ibadah, yang saya maksud adalah ibadah sunnah, beliau memang getol tapi hanya apabila beribadah sendiri, beliau selalu menahan untuk tidak beribadah secara kontinyu manakala ibadah tersebut sifatnya sunnah, seperti yang beliau sampaikan dalam hadistnya “ aku kwatir kalau kalau ibadah tersebut diwajibkan , atau paling tidak dianggap wajib, seperti yang terjadi pada shalat Taraweh pada bulan Ramadhan (kalau tidak salah beliau hanya 2 kali berjamaah.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah bersabda yang oleh Imam An Nawawi diletakkan pada bab “Sederhana dalam ibadah.

Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mempersaudarakan antara Salman dan Abuddarda' -maksudnya keduanya disuruh berjanji untuk berlaku sebagai saudara." Salman pada suatu ketika berziarah ke Abuddarda', ia melihat Ummud Darda' - isteri Abuddarda' - mengenakan pakaian yang serba kusut - yakni tidak berhias samasekali, Salman bertanya padanya: "Mengapa saudari berkeadaan sedemikian ini?" Wanita itu menjawab: "Saudaramu yaitu Abuddarda' itu sudah tidak ada hajatnya lagi pada keduniaan - maksudnya: Sudah meninggalkan keduniaan, baik terhadap wanita atau lain-lain."

Dalam riwayat Addaraquthni lafaz Fiddunyaa, diganti dengan lafaz Fi nisaid dunyaa, artinya tidak ada hajatnya lagi pada kaum wanita di dunia ini. Sementara itu dalam riwayat Ibnu Khuzaimah ditambah pula dengan kata-kata Yashuumun nahaar wa yaquumullail, artinya: Ia berpuasa pada siang harinya dan terus bersembah - yang pada malam harinya."

Abuddarda' lalu datang, kemudian ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abuddarda' berkata kepada Salman:

"Makanlah, karena saya berpuasa." Salman menjawab: "Saya tidak akan suka makan, sehingga engkaupun suka pula makan."

Abuddarda' lalu makan.

Setelah malam tiba, Abuddarda' mulai bangun. Salman berkata kepadanya: "Tidurlah!" Ia tidur lagi. Tidak lama kemudian bangun lagi dan Salman berkata pula: "Tidurlah!" Kemudian setelah tiba Akhir malam, Salman lalu berkata pada Abuddarda': "Bangunlah sekarang!" Keduanya terus bersembahyang. Selanjutnya Salman lalu berkata: "Sesungguhnya untuk Tuhanmu itu ada hak atas dirimu, untuk dirimu sendiri juga ada hak atasmu, untuk keluargamupun ada hak atasmu. Maka berikanlah kepada setiap yang berhak itu akan haknya masing-masing."

Abuddarda' - paginya - mendatangi Nabi s.a.w. kemudian menyebutkan peristiwa semalam itu, lalu Nabi s.a.w. bersabda:

"Salman benar ucapannya." (Riwayat Bukhari)

Satu hadits sebenarnya sudah mencukupi, betapa rasulullah tidak ingin memberat umatnya dalam menjalankan syareat agama ini.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar:

Posting Komentar

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t

Tinggalkan kesan anda di sini