Merupakan hal berat mengeluarkan uang dalam jumlah besar satu waktu, namun akan lebih ringan bila uang yang dikeluarkan dikeluarkan secara berkala dalam, meski jumlahnya kadang lebih besar.
Begitu pun saat berqurban , bila kita hitung dari kebiasaan masyarakat kita yang gemar merokok , katakanlah sehari satu bungkus , dengan asumsi rokok termurah Rp. 15.000 lalu di kali 30 hari maka bila dijumlahkan menjadi 450.000 , bagaimana dalam satu tahun , maka jumlah fantastis yang tak terduga , yakni Rp. 5.400.000, tentu perokok tidak akan mau mengeluarkan jumlah sebesar itu satu kali gus.
Belajar dari hal itu , rekan anggota pengurus mencoba membuat program qurban secara mencicil , dengan proyek garapanya para aghniya yang dimungkinkan untuk ikut serta , juga pengusaha kecil warungan.
Adapun Hewan Qurban yang ditargetkan adalah sapi minimal untuk tahap pertama 3 ekor , ini artinya , sebagaimana pemahaman umum masyarakat kita bahwa, satu ekor sapi bisa untuk 7 orang , al hamdulillah sebuah tim kecil setelah mengadakan pendataan disekitar lingkungan keluarga besar saja telah di dapat jumlah mustahiq yang ditargetkan.
selanjutnya waktu berjalan sehingga program berjalan sesuai rencana , dan karena program ini adalah hajat organisasi maka organisasi juga yang bertanggung jawab terhadap semua pro sesi dari pengadaan penyembelihan sampai pendistribusian, endingnya merupakan konsekuensi pihak yayasan karena Qurban yang programkan akan di distribusikan di kampung halaman , maka sebagian anggota harus pulang agar amanah dapat terlaksana sesuai syareat.
di sinilah banyak pengalaman dari pengadaan s/d pendistribusian yang jarang terjadi di jakarta , dimana di desa masih kental dengan adat dan budaya. dan hal ini menjadi tantangan dan bahan evaluasi ke depannya , agar hal yang menabrak hukum agama tidak dilakukan demi sahnya pelaksanaan qurban.
akhirnya , sebagai gambaran kami tampilkan sebuah tabel , yang mungkin bisa menjadi patokan untuk ke depannya.